Panggilan "Ompu
i" untuk Jabatan Ephorus
Pertanyaan disini ialah
: Apakah panggilan "ompu i" cocok untuk jabatan Ephorus
Panggilan “Ompu i” kepada
pemimpin gereja yang menjabat sebagai Ephorus
pertama sekali digunakan kepada IL. Nommensen. Dalam sejarah Batak, kita
mengetahui bahwa panggilan atau gelar ompu i digunakan kepada Sisimangaraja
XII, raja yang memiliki kekuasaan, memiliki struktur tertinggi, dan pemilik.
(Band. Warneck, J. Kamus Batak Toba-Indonesia. Medan: Bina Media, 2001, hal.
224, 253). Dalam hal ini, orang yang dipanggil dengan gelar “Ompu i” adalah
orang yang dihormati sebagai orang yang mempunyai struktur yang Iebih tinggi,
orang yang memiliki kekuasaan, sang pemilik, sang pencipta segala
sesuatu.
Setelah kami terpilih
menjadi Ephorus GKPA periode 1986-1991, gelar “Ompu i” merupakan suatu tantangan
dalam tugas kami sebagai Ephorus dengan tiga alasan pokok sebagai berikut:
1.
Jabatan Ephorus sebagai pimpinan Gereja bukanlah
suatu kekuasaan.
Ephorus
bukanlah seorang yang memiliki kekuasaan, sang pemilik atau sang pencipta.
Walaupun Tata Laksana GKPA BAB VII Pasal 28 menyebut bahwa Ephorus adalah
pemimpin utama GKPA, dan penanggungjawab tertinggi, namun menurut hemat kami,
itu bukanlah berarti bahwa Ephorus mempunyai struktur tertinggi sesuai
pengertian gelar “‘Ompu I” yang digunakan kepada Sisimangaraja XII, memiliki
kekuasaan, sang pemilik, sang pencipta segala sesuatu.
Dalam
BAB dan Pasal yang sama Tata Laksana GKPA ditekankan bahwa “Dalam ketaatannya
kepada Kristus, Kepala Gereja, Ephorus selaku pemimpin utama GKPA, mengelola
dan menunaikan fungsinya berdasarkan ketentuan Konfessi, Tata Gereja, Tata
Laksana, Siasat Gereja dan Ketetapan Synode Am lainnya. Menjadi gembala bagi
seluruh Parlagutan dan segenap pelayan dan petugas GKPA, sesuai dengan
keteladanan Yesus Kristus, Kepala Gereja dan menjaga kemurnian ajaranNya.
Penanggungjawab tertinggi atas pelaksanaan Garis-garis Besar Kebijaksanaan Umum
GKPA bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal, seperti dirumuskan pada Tata
Gereja, Tata Laksana, Ketetapan Synode Am dan Keputusan Majelis
Pusat."
Kami
melihat bahwa panggilan Ompu i untuk jabatan Ephorus boleh dengan mudah membuat
seseorang menjadi sombong dan angkuh. Sedangkan jabatan Ephorus bukanlah suatu jabatan
yang membuat seseorang menjadi sombong, tetapi membuat seseorang “rendah hati” melayani
dalam kasih.
2. Panggilan ompu i digunakan untuk nenek atau kakek
Dalam Kamus Batak Toba
lndonesia yang ditulis oleh J. Wameck, juga disebut artl dari gelar 'Ompu i”
yang memiliki persamaan kata berupa ompung yang berarti panggilan untuk nenek atau
kakek. Kami sendiri berpendapat bahwa hubungan diantara Ephorus dengan jemaat bukanlah
seperti hubungan diantara nenek atau kakek dengan cucu-cucunya. Hubungan
diantara Ephorus dengan Jemaat lebih tepat digambarkan seperti hubungan antara
bapak dengan anak-anaknya.
3. Panggilan ompu i digunakan kepada harimau atau babiat
Saya selalu ingat
ketika masa kanak-kanak, kami selalu dInasihati oIeh orang tua agar jangan
terIaIu ribut dalam perjalanan pulang ke kampung ketika melewati hutan dengan
mengatakan, "Jangan ribut, nantI datang ”Ompu i." Disini kata ompu i
dimaksudkan "Babiat" atau "Harimau," yaitu jenis bInatang
yang ganas dan yang sangat ditakuti. Hubungan diantara Ephorus dengan jemaat
bukanlah mengandung perasaan takut, tetapi hubungan yang penuh dengan
keakraban, keramah-tamahan, merasa dekat, merasa bebas untuk mengungkapkan isi
hati seperti perasaan seorang anak temadap bapanya. Hubungan diantara Ephorus
dengan anggota jemaat dan seluruh peIayan dan pegawai GKPA bukanlah menciptakan
jarak di antara pemimpin dengan yang dipimpin, karena jenis hubungan yang
demikian tidak akan mendukung program kemandirian GKPA
Berdasarkan pemIkIran-pemikiran
di atas, ketika usul tentang perubahan panggilan kepada jabatan Ephorus dari
ompu i menjadi "Amang" atau “Bapak" disampaikan secara Iangsung
kepada Syonode AM VIII (Synode Kerja) pada July 1988, maka usuI ini diterima
menjadi suatu keputusan resmi secara akIamasi. Sejak keputusan ini disyahkan,
maka panggIIan kepada Ephorus GKPA bukan Iagi Ompu i, tetapi Bapak Ephorus atau
Amang Ephorus.
Dikutip dari
Tulisan Pdt. Dr. Ginda P Harahap, Sth, M.min, Mth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar